Tarik ulur untuk melakukan pendakian
ini sempat membuat saya memutuskan untuk membatalkan nya, selain
masalah persiapan fisik yang kurang, masalah cuti cukup menyita
pikiran, saya harus melakukan negosiasi yang panjang dan alot agar
bisa cuti ditanggal yang sudah d tentukan untuk melakukan pendakian
Merbabu, selain itu rasa percaya diri saya untuk melakukan pendakian
ini sangat minim, kalau terjadi, pendakian Merbabu ini adalah
pendakian perdana saya, perasaan ragu mampu dan tidaknya melakukan
pendakian inipun, membuat saya harus sering meyakinkan hati sendiri kalau saya pasti mampu, entahlah semakin mendekati hari nya
perasaan saya semakin tak karuan.
Indahnya Merbabu |
Alhamdulillah rejeki anak soleh,
akhirnya cuti di acc dan semua sesuai rencana, perjalanan saya di
mulai dari Sangatta Kutai Timur, perjalanan darat +-8 jam cukup
membuat badan capek, setibanya di Balikpapan, melakukan solat subuh
dan lanjut melakukan flight ke Jogja, ya kota Jogja lah tujuan saya
sebelum ke Magelang, karena pendakian Merbabu ini akan kami lakukan
melalui jalur Wekas. Pagi itu pesawat yang saya naiki mendarat di
bandara Adi Sucipto Yogyakarta, sesampainya d Jogja saya bertemu
dengan teman satu team yang sudah dari subuh sampai d bandara dia naik
travel dari Surabaya, di hitung hitung lama juga dia nunggu saya d
bandara ( maaf yah mas ) hehe..
Sesampainya di Jogja, rencannya kita
berdua akan di jemput sore sama teman yang di Magelang, rumahnya di
jadikan Basecamp sebelum kita berangkat ke Wekas, karena masih punya
banyak waktu kita berdua memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar
malioboro dan kebetulan saat itu ada acara kesenian pencak silat yang
di ikuti berbagai Negara, lumayan ada hiburan jadinya.
Bule pun ikut Pencak Silat |
Setelah menunggu kabar ternyata teman
yang di Magelang tidak bisa jemput, badnews banget sebenernya, dan
kita cuma di kasih petunjuk supaya bisa sampai ke rumahnya. Kemudian
petualangan pun di mulai, saya dan Awenk memutuskan untuk naik
Trans Jogja ke Terminal Jombor, celakanya waktu sudah menunjukan jam
15.00 Wib dan bus yang saya tunggu tak kunjung datang, setelah
menunggu beberapa lama akhirnya bus datang dan langsung naik. Agak
repot memang karena bawa tas lumayan besar, dan perasaan tidak enak
dengan penumpang lain, turun di jombor saya melanjutkan perjalanan
menuju Magelang.
Setelah sampai di rumah teman yang di
Magelang kami masih harus menunggu teman 3 orang lagi dari solo,
sampai waktu magrib tiba dan kita sempatkan untuk solat terlebih
dahulu. Jam 19.00 kita sudah meluncur mulus dari Magelang ke Wekas,
perjalanan di tempuh kurang lebih 2 jam, dan sampai di gerbang sudah
ada teman 2 orang lagi, maka lengkaplah formasi team ( Deny, Sholeh,
Kariem, Awenk, Zudin, Afib , adiknya Afib dan saya ). Untuk sampai ke
basecamp dari pintu gerbang harus melewati jalan menanjak dengan
bebatuan besar, motor yang saya naiki tidak mampu nanjak dan saya
harus ganti-ganti motor nebeng supaya bisa sampe basecamp, mungkin
karena saya kebanyakan dosa atau mungkin motornya sudah lelah. Sepertinya saya ambil hipotesa yang ke dua yaitu motor sudah lelah
haha.Sesampainya di basecamp kita makan malam dan solat isa, kemudian
packing ulang barang-barang yang harus dibawa,
Foto di Basecamp Wekas |
Jam 22.30 pendakian d mulai sebelum
nya di awali dengan doa, udara berhembus kencang membawa dingin yang
merambat masuk pori-pori, cuaca malam itu sangat cerah, bintang
bertaburan seolah menyambut kita yang akan melakukan sebuah
perjalanan panjang dan melelahkan, suara jangkrik dan binatang hutan
lain nya mengalun merdu menemani setiap langkah kami, sebelum pada
akhirnya salah satu teman bilang kalo dia menyerah, dengan muka yang
pucat dan beberapakali muntah.
Suasana mulai berubah jadi tidak
senyaman tadi, suhu tubuh pun mulai naik akibat pergerakan, jaket yg
tadinya berfungsi menahan dingin dari luar kini menjadi penyebab
keringat bercucuran, Saya sangat kaget ketika Awenk kepayahan dan dia
duduk di pinggir jalan,yang ternyata dia duduki itu bukan tanah tapi
rumput. Sehingga hampir saja dia terjerembab ke jurang kalau tidak saya reflek menarik kaki nya, suasana jadi semakin tidak karuan,
selanjutnya kita berjalan pelan-pelan dan Awenk beberapa kali minta
untuk di tinggal saja, dan dia akan turun sendiri. Tapi kita berusaha
saling menguatkan dan memilih untuk turun jika memang dia mau turun,
lebih baik turun bersama-sama daripada meninggalkan teman yang sedang
kepayahan. Akhirnya Awenk memutuskan untuk melanjutkan perjalanan
setidaknya sampai pos 2, kita akan mendirikan tenda. Tas Awenk kita
bawa bergantian, di situlah saya melihat arti dari sebuah
kebersamaan, tidak ada yang merasa hebat tapi saling menguatkan,
tidak ada yang merasa paling kuat tapi yang ada saling membantu, saya
terharu dan menteskan airmata, untung nya suasana malam yang gelap
mampu menyamarkan air mata yang perlahan meleleh, indahnya
kebersamaan ( mendadak mellow ).
Perjalanan Malam |
Jalur Wekas ini adalah jalur yang
menyiksa menurut saya, jarang sekali di temukan bonus, tanjakan demi
tanjakan siap menghadang, sampai saya sendiri kepayahan dan hampir
menyerah. Tapi karena di PHPin terus jadi semangat, yah PHP dalam
pendakian kadang diperlukan untuk memotivasi. Jarak yang sangat jauh
pasti di bilang dekat untuk memotivasi, dengan sisa-sisa tenaga yang
ada dan hampir mati lemas akhirnya kami sampai di pos 2, berasa
pengen ambruk badan, dari kemarin malam belum istirahat melakuakn
perjalanan jauh dan lanjut naik gunung, luaaar biasa sekali. Tendapun
langsung di berdirikan, bayangan membuat api unggun dan bercengkrama
sambil minum kopi saat pendakian tak terrealisasikan. Setelah tenda
berdiri saya lebih memilih istirahat di tenda terlebih jam 4 pagi
harus bangun untuk summit attack.
Saat alarm berbunyi saya terbangum
tapi suasana begitu dingin dan gelap, samar-samar terdengar suara
hujan yang jatuh di atas tenda, yah di luar sedang hujan, suasana
semakin dingin dan badan berasa kaku, hembusan angin menelusup masuk
melalui celah dari tenda. Jaket dan SB yang saya pakai belum mampu
sepenuhnya memberikan kehangatan, akhirnya kami memutuskan untuk
menunda summit, agak sedikit kecewa sebenarnya karena bayangan
berdiri di Puncak dan melihat Sunrise pertama kalinya dari Puncak
gunung gagal, tapi tak apalah dari pada memaksakan malah terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan, Sayapun melanjutkan tidur.
Solat subuh di waktu Duha |
Jam menunjukan pukul 06.30, pagi itu udara di luar tenda sangat
dingin, angin berhembus pelan menyergap dengan dinginnya tanpa ampun, saya menggigil hebat sampai gigi bunyi gemelutuk, ah gemelutuk entah
bahasa apalagi yang saya pake itu haha. Kami langsung mengambil wudhu
bergantian, entahlah yang penting niat kita solat subuh, walau
waktunya lebih tepat di katakkan duha haha. Setelah solat kita
membuat sarapan, dan terjadi perdebatan apakah akan lanjut ke Puncak
atau turun saja, akhirnya setelah lempar dadu dan koin, tapi tidak
sampai lempar orang ke jurang sih, diputuskan untuk melanjutkan ke
Puncak.
Cuaca mendung dan rintik hujan
menemani langkah kami, jas hujan pun di pakai untuk meminimalisir
baju basah karena hujan, angin masih setia bertiup semilir dan masih
bercumbu satu dengan dingin yang menusuk kulit, jalanan licin yang
tersiram hujan semalaman cukup merepotkan, bebrapa kali saya
terpeleset dan berhenti unutk mengatur napas yang sangat cepat, detak
jantung seolah berlomba dengan detik waktu, saat itu saya merasa
kepayahan dan bersandar pada batu besar. Karena suntikan semangat
dari teman-teman yang sangat membantu, akhirnya dengan sisa-sisa
tenaga yang ada saya berusaha untuk tetap melangkah, perlahan tapi
pasti tanjakan-tanjakan yang curam berhasil Saya lewati, bukan cuma
rintik hujan tapi juga kabut mulai muncul dan angin semakin kencang
berhembus. Saat seperti ini ingin rasanya saya bisa terbang, atau
setidaknya punya ilmu menghilang dan langsung berdiri di Puncak, atau
pilihan lainnya saya terjun aja biar cepet sampai bawah. Itu salah
satu pikiran saya karena sudah frustasi tidak sampai-sampai di
Puncak.
Perjalanan puncak di temani hujan dan kabut |
Setelah melewati jalanan yang panjang
dan melelahkan, tikungan dngan celah yang sempit, Puncak-Puncak bukit
yang menjulang, bebatuan yang licin dan cadas, akhirnya saya berhasil
mencapai Puncak, yah Puncak Kentheng Songo inilah Puncak pertama saya. Perlahan perasaan bahagia dan haru menyelimuti, melebur menjadi satu
menghasilkan bias bening air di mata, rasa bahagia, haru, bangga,
karena telah berhasil mencapai Puncak, kami pun bersalaman dan
berpelukan, sebagai ungkapan kebahagiaan. Kabut masih menyelimuti
Puncak saat itu, tak ada yang bisa di lihat hanya asap putih tipis
yang tetap bertahan di sana, pemandangan berubah beberapa menit
kemudian. Tiba-tiba kabut yang meyelimuti Puncak perlahan menghilang,
menyajikan indahnya hamparan pemandangan yang sangat luar biasa. Merapi terlihat gagah dengan kepulan asapnya, takjub akan keindahan
alam yang sangat luar biasa, inilah Puncak pertama yang saya lihat,
bukan hanya dari foto tapi dengan mata kepala sendiri.
Alhamdulillah Akhirnya sampai puncak |
Terima kasih Allah atas segala nikmat
yang Engkau berikan, terimakasih telah memberi saya umur panjang dan
kekuatan, sehingga bisa mewujudkan salah satu impian saya, untuk
berdiri di Puncak gunung. Terimakasih buat teman-teman untuk support
dan kebersamaan yang sangat luar baisa ini (aku terharu).Ssetelah
beberapa lama kemudian kabut mulai datang lagi, pemandangan indah itu
kembali tertutup, kabut pun seolah menjadi tirai penutup, kemudian
kami memutuskan untuk turun. Jalan turun ternyata lebih sulit dari
pada saat naik, batuan yang licin dan curam cukup membuat saya
gemetar, takut terpeleset dan terjatuh berguling ke jurang. Sayapun
dengan sangat hati-hati menuruni jalan yang berbatu dan licin itu,
kabut dan hujan rintik masih setia menemani perjalnan turun, baju
semakin basah dan bercampur keringat dan air hujan, dan 2 jam
kemudian kita semua sampai di tenda dengan selamat, kemudian langsung
membuat api unggun dan masak untuk makan siang, dan juga menjemur
kaos kaki dan baju yang basah hehe, ah indahnya suasana seperti ini
rasanya tak ingin cepat berakhir.
pemandangan saat turun |
Setelah selesai makan, kamipun
bergegas membongkar tenda, karena tak mau kemalaman di perjalanan
menuju basecamp, perjalanan turun selanjutnya lebih mudah, tapi tetap
membuat lutut sakit karena harus menahan beban badan, Awenk yang kaki
nya cedera saat turun dan sempat jatuh terpeleset harus menggunakan
berbagai gaya jalan agar bisa turun, sampai-sampai dia menggunakan
jalan mundur agar lutut nya tidak terbebani haha. Sesampainya di
basecamp badan sudah terasa remuk, sendi-sendi berasa ngilu tapi
kebahagiaan membuat semua rasa capek sirna, kamipun langsung mandi
dan makan malam di dekat tungku api yang menyala, suasan hangat
menelusup. Selesai makan kita kembali packing dan siap-siap menuju
Magelang dan Jogja, besok rencana kita akan ke wonosobo untuk melihat
golden sunrise dari sikunir.
menghangatkan badan dan mengeringkan yang basah |
Terimakasih untuk semua yang telah
membantu mewujudkan keinginan saya berdiri di Puncak gunung untuk
pertama kalinya, Terimakasih Allah atas segala nikmat yang telah
diberikan kepada Ku.
Ada satu lagi selain yang aku sebutin di BBM tadi, yaitu membedakan antara kapan harus menggunakan kami dan kita. Hehe berasa jadi editor padahal tulisannya aburadul juga.
BalasHapusOke makasih masukan nya mba, duh bloger senior jadi mentor saya tuh brasa seneng bgt hehe, jgn bosen yah kalo aku tanya2 gratis haha
HapusKata siapa gratis? Haha...
HapusAda bayaran nya yah? Boleh kali bayar selain pake uang
HapusTolong itu baju kerja yang kuning jangan dipake.. Hahaha anget sih bahannya
BalasHapusItu baju kebangsaan jadi di bawa kemana2 haha
Hapus