Rabu, 11 Februari 2015

Merbabu, Pendakian pertama penuh makna

Tarik ulur untuk melakukan pendakian ini sempat membuat saya memutuskan untuk membatalkan nya, selain masalah persiapan fisik yang kurang, masalah cuti cukup menyita pikiran, saya harus melakukan negosiasi yang panjang dan alot agar bisa cuti ditanggal yang sudah d tentukan untuk melakukan pendakian Merbabu, selain itu rasa percaya diri saya untuk melakukan pendakian ini sangat minim, kalau terjadi, pendakian Merbabu ini adalah pendakian perdana saya, perasaan ragu mampu dan tidaknya melakukan pendakian inipun, membuat saya harus sering meyakinkan hati sendiri kalau saya pasti mampu, entahlah semakin mendekati hari nya perasaan saya semakin tak karuan.
Indahnya Merbabu

Alhamdulillah rejeki anak soleh, akhirnya cuti di acc dan semua sesuai rencana, perjalanan saya di mulai dari Sangatta Kutai Timur, perjalanan darat +-8 jam cukup membuat badan capek, setibanya di Balikpapan, melakukan solat subuh dan lanjut melakukan flight ke Jogja, ya kota Jogja lah tujuan saya sebelum ke Magelang, karena pendakian Merbabu ini akan kami lakukan melalui jalur Wekas. Pagi itu pesawat yang saya naiki mendarat di bandara Adi Sucipto Yogyakarta, sesampainya d Jogja saya bertemu dengan teman satu team yang sudah dari subuh sampai d bandara dia naik travel dari Surabaya, di hitung hitung lama juga dia nunggu saya d bandara ( maaf yah mas ) hehe..
Sesampainya di Jogja, rencannya kita berdua akan di jemput sore sama teman yang di Magelang, rumahnya di jadikan Basecamp sebelum kita berangkat ke Wekas, karena masih punya banyak waktu kita berdua memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar malioboro dan kebetulan saat itu ada acara kesenian pencak silat yang di ikuti berbagai Negara, lumayan ada hiburan jadinya.
Bule pun ikut Pencak Silat
Setelah menunggu kabar ternyata teman yang di Magelang tidak bisa jemput, badnews banget sebenernya, dan kita cuma di kasih petunjuk supaya bisa sampai ke rumahnya. Kemudian petualangan pun di mulai, saya dan Awenk memutuskan untuk naik Trans Jogja ke Terminal Jombor, celakanya waktu sudah menunjukan jam 15.00 Wib dan bus yang saya tunggu tak kunjung datang, setelah menunggu beberapa lama akhirnya bus datang dan langsung naik. Agak repot memang karena bawa tas lumayan besar, dan perasaan tidak enak dengan penumpang lain, turun di jombor saya melanjutkan perjalanan menuju Magelang.
Setelah sampai di rumah teman yang di Magelang kami masih harus menunggu teman 3 orang lagi dari solo, sampai waktu magrib tiba dan kita sempatkan untuk solat terlebih dahulu. Jam 19.00 kita sudah meluncur mulus dari Magelang ke Wekas, perjalanan di tempuh kurang lebih 2 jam, dan sampai di gerbang sudah ada teman 2 orang lagi, maka lengkaplah formasi team ( Deny, Sholeh, Kariem, Awenk, Zudin, Afib , adiknya Afib dan saya ). Untuk sampai ke basecamp dari pintu gerbang harus melewati jalan menanjak dengan bebatuan besar, motor yang saya naiki tidak mampu nanjak dan saya harus ganti-ganti motor nebeng supaya bisa sampe basecamp, mungkin karena saya kebanyakan dosa atau mungkin motornya sudah lelah. Sepertinya saya ambil hipotesa yang ke dua yaitu motor sudah lelah haha.Sesampainya di basecamp kita makan malam dan solat isa, kemudian packing ulang barang-barang yang harus dibawa,
Foto di Basecamp Wekas
Jam 22.30 pendakian d mulai sebelum nya di awali dengan doa, udara berhembus kencang membawa dingin yang merambat masuk pori-pori, cuaca malam itu sangat cerah, bintang bertaburan seolah menyambut kita yang akan melakukan sebuah perjalanan panjang dan melelahkan, suara jangkrik dan binatang hutan lain nya mengalun merdu menemani setiap langkah kami, sebelum pada akhirnya salah satu teman bilang kalo dia menyerah, dengan muka yang pucat dan beberapakali muntah.
Suasana mulai berubah jadi tidak senyaman tadi, suhu tubuh pun mulai naik akibat pergerakan, jaket yg tadinya berfungsi menahan dingin dari luar kini menjadi penyebab keringat bercucuran, Saya sangat kaget ketika Awenk kepayahan dan dia duduk di pinggir jalan,yang ternyata dia duduki itu bukan tanah tapi rumput. Sehingga hampir saja dia terjerembab ke jurang kalau tidak saya reflek menarik kaki nya, suasana jadi semakin tidak karuan, selanjutnya kita berjalan pelan-pelan dan Awenk beberapa kali minta untuk di tinggal saja, dan dia akan turun sendiri. Tapi kita berusaha saling menguatkan dan memilih untuk turun jika memang dia mau turun, lebih baik turun bersama-sama daripada meninggalkan teman yang sedang kepayahan. Akhirnya Awenk memutuskan untuk melanjutkan perjalanan setidaknya sampai pos 2, kita akan mendirikan tenda. Tas Awenk kita bawa bergantian, di situlah saya melihat arti dari sebuah kebersamaan, tidak ada yang merasa hebat tapi saling menguatkan, tidak ada yang merasa paling kuat tapi yang ada saling membantu, saya terharu dan menteskan airmata, untung nya suasana malam yang gelap mampu menyamarkan air mata yang perlahan meleleh, indahnya kebersamaan ( mendadak mellow ).
Perjalanan Malam
Jalur Wekas ini adalah jalur yang menyiksa menurut saya, jarang sekali di temukan bonus, tanjakan demi tanjakan siap menghadang, sampai saya sendiri kepayahan dan hampir menyerah. Tapi karena di PHPin terus jadi semangat, yah PHP dalam pendakian kadang diperlukan untuk memotivasi. Jarak yang sangat jauh pasti di bilang dekat untuk memotivasi, dengan sisa-sisa tenaga yang ada dan hampir mati lemas akhirnya kami sampai di pos 2, berasa pengen ambruk badan, dari kemarin malam belum istirahat melakuakn perjalanan jauh dan lanjut naik gunung, luaaar biasa sekali. Tendapun langsung di berdirikan, bayangan membuat api unggun dan bercengkrama sambil minum kopi saat pendakian tak terrealisasikan. Setelah tenda berdiri saya lebih memilih istirahat di tenda terlebih jam 4 pagi harus bangun untuk summit attack.
Saat alarm berbunyi saya terbangum tapi suasana begitu dingin dan gelap, samar-samar terdengar suara hujan yang jatuh di atas tenda, yah di luar sedang hujan, suasana semakin dingin dan badan berasa kaku, hembusan angin menelusup masuk melalui celah dari tenda. Jaket dan SB yang saya pakai belum mampu sepenuhnya memberikan kehangatan, akhirnya kami memutuskan untuk menunda summit, agak sedikit kecewa sebenarnya karena bayangan berdiri di Puncak dan melihat Sunrise pertama kalinya dari Puncak gunung gagal, tapi tak apalah dari pada memaksakan malah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Sayapun melanjutkan tidur.
Solat subuh di waktu Duha
Jam menunjukan pukul 06.30, pagi itu udara di luar tenda sangat dingin, angin berhembus pelan menyergap dengan dinginnya tanpa ampun, saya menggigil hebat sampai gigi bunyi gemelutuk, ah gemelutuk entah bahasa apalagi yang saya pake itu haha. Kami langsung mengambil wudhu bergantian, entahlah yang penting niat kita solat subuh, walau waktunya lebih tepat di katakkan duha haha. Setelah solat kita membuat sarapan, dan terjadi perdebatan apakah akan lanjut ke Puncak atau turun saja, akhirnya setelah lempar dadu dan koin, tapi tidak sampai lempar orang ke jurang sih, diputuskan untuk melanjutkan ke Puncak.
Cuaca mendung dan rintik hujan menemani langkah kami, jas hujan pun di pakai untuk meminimalisir baju basah karena hujan, angin masih setia bertiup semilir dan masih bercumbu satu dengan dingin yang menusuk kulit, jalanan licin yang tersiram hujan semalaman cukup merepotkan, bebrapa kali saya terpeleset dan berhenti unutk mengatur napas yang sangat cepat, detak jantung seolah berlomba dengan detik waktu, saat itu saya merasa kepayahan dan bersandar pada batu besar. Karena suntikan semangat dari teman-teman yang sangat membantu, akhirnya dengan sisa-sisa tenaga yang ada saya berusaha untuk tetap melangkah, perlahan tapi pasti tanjakan-tanjakan yang curam berhasil Saya lewati, bukan cuma rintik hujan tapi juga kabut mulai muncul dan angin semakin kencang berhembus. Saat seperti ini ingin rasanya saya bisa terbang, atau setidaknya punya ilmu menghilang dan langsung berdiri di Puncak, atau pilihan lainnya saya terjun aja biar cepet sampai bawah. Itu salah satu pikiran saya karena sudah frustasi tidak sampai-sampai di Puncak.
Perjalanan puncak di temani hujan dan kabut
Setelah melewati jalanan yang panjang dan melelahkan, tikungan dngan celah yang sempit, Puncak-Puncak bukit yang menjulang, bebatuan yang licin dan cadas, akhirnya saya berhasil mencapai Puncak, yah Puncak Kentheng Songo inilah Puncak pertama saya. Perlahan perasaan bahagia dan haru menyelimuti, melebur menjadi satu menghasilkan bias bening air di mata, rasa bahagia, haru, bangga, karena telah berhasil mencapai Puncak, kami pun bersalaman dan berpelukan, sebagai ungkapan kebahagiaan. Kabut masih menyelimuti Puncak saat itu, tak ada yang bisa di lihat hanya asap putih tipis yang tetap bertahan di sana, pemandangan berubah beberapa menit kemudian. Tiba-tiba kabut yang meyelimuti Puncak perlahan menghilang, menyajikan indahnya hamparan pemandangan yang sangat luar biasa. Merapi terlihat gagah dengan kepulan asapnya, takjub akan keindahan alam yang sangat luar biasa, inilah Puncak pertama yang saya lihat, bukan hanya dari foto tapi dengan mata kepala sendiri.
Alhamdulillah Akhirnya sampai puncak
Terima kasih Allah atas segala nikmat yang Engkau berikan, terimakasih telah memberi saya umur panjang dan kekuatan, sehingga bisa mewujudkan salah satu impian saya, untuk berdiri di Puncak gunung. Terimakasih buat teman-teman untuk support dan kebersamaan yang sangat luar baisa ini (aku terharu).Ssetelah beberapa lama kemudian kabut mulai datang lagi, pemandangan indah itu kembali tertutup, kabut pun seolah menjadi tirai penutup, kemudian kami memutuskan untuk turun. Jalan turun ternyata lebih sulit dari pada saat naik, batuan yang licin dan curam cukup membuat saya gemetar, takut terpeleset dan terjatuh berguling ke jurang. Sayapun dengan sangat hati-hati menuruni jalan yang berbatu dan licin itu, kabut dan hujan rintik masih setia menemani perjalnan turun, baju semakin basah dan bercampur keringat dan air hujan, dan 2 jam kemudian kita semua sampai di tenda dengan selamat, kemudian langsung membuat api unggun dan masak untuk makan siang, dan juga menjemur kaos kaki dan baju yang basah hehe, ah indahnya suasana seperti ini rasanya tak ingin cepat berakhir.
pemandangan saat turun
Setelah selesai makan, kamipun bergegas membongkar tenda, karena tak mau kemalaman di perjalanan menuju basecamp, perjalanan turun selanjutnya lebih mudah, tapi tetap membuat lutut sakit karena harus menahan beban badan, Awenk yang kaki nya cedera saat turun dan sempat jatuh terpeleset harus menggunakan berbagai gaya jalan agar bisa turun, sampai-sampai dia menggunakan jalan mundur agar lutut nya tidak terbebani haha. Sesampainya di basecamp badan sudah terasa remuk, sendi-sendi berasa ngilu tapi kebahagiaan membuat semua rasa capek sirna, kamipun langsung mandi dan makan malam di dekat tungku api yang menyala, suasan hangat menelusup. Selesai makan kita kembali packing dan siap-siap menuju Magelang dan Jogja, besok rencana kita akan ke wonosobo untuk melihat golden sunrise dari sikunir.
menghangatkan badan dan mengeringkan yang basah
Terimakasih untuk semua yang telah membantu mewujudkan keinginan saya berdiri di Puncak gunung untuk pertama kalinya, Terimakasih Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada Ku.

6 komentar:

  1. Ada satu lagi selain yang aku sebutin di BBM tadi, yaitu membedakan antara kapan harus menggunakan kami dan kita. Hehe berasa jadi editor padahal tulisannya aburadul juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke makasih masukan nya mba, duh bloger senior jadi mentor saya tuh brasa seneng bgt hehe, jgn bosen yah kalo aku tanya2 gratis haha

      Hapus
    2. Ada bayaran nya yah? Boleh kali bayar selain pake uang

      Hapus
  2. Tolong itu baju kerja yang kuning jangan dipake.. Hahaha anget sih bahannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu baju kebangsaan jadi di bawa kemana2 haha

      Hapus